Menanam Asa di Tanah Lampung: Langkah Nyata Kasal Muhammad Ali untuk Wujudkan Kemandirian Pangan

Berita3 Dilihat

DI HAMPARAN lahan hijau Lampung yang menguning menjelang panen, sekelompok prajurit TNI Angkatan Laut tampak sibuk. Bukan dengan seragam tempur atau derap barisan, melainkan dengan cangkul dan benih kedelai di tangan. Di tengah mereka, berdiri seorang pemimpin yang dikenal tegas namun humanis — Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), yang hari itu turun langsung ke lapangan.

Hari itu, Kamis, 23 Oktober 2025, bukan sekadar agenda kunjungan biasa. Laksamana Muhammad Ali datang membawa misi: memastikan bahwa visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto — membangun Indonesia yang mandiri dan berdaulat pangan — benar-benar hidup di tengah rakyat.

“Setiap butir kedelai ini adalah wujud dari kemandirian. Kita tidak ingin hanya menjadi penonton di tanah sendiri,” ucapnya lugas, memandang hamparan lahan yang kini menjadi proyek percontohan ketahanan pangan TNI AL di Lampung.

Dari Laut ke Ladang: TNI AL Mengubah Paradigma

Selama ini, TNI AL dikenal sebagai garda terdepan penjaga kedaulatan laut Indonesia. Namun, di bawah kepemimpinan Laksamana Muhammad Ali, misi itu diperluas: dari menjaga perbatasan menjadi menjaga ketahanan pangan bangsa.

Prajurit TNI AL kini tak hanya bersentuhan dengan ombak dan garam laut, tapi juga tanah, bibit, dan harapan. Mereka membangun lahan produktif di kawasan pesisir, menanam kedelai, padi, dan tanaman pangan lainnya. Langkah ini bukan hanya tentang pertanian, tetapi tentang kedaulatan ekonomi masyarakat maritim.

“Prajurit kita tidak lagi hanya membawa senjata, tapi juga membawa cangkul. Karena yang kita bela bukan hanya kedaulatan teritorial, tapi juga perut rakyat,” ujar Kasal, yang dikenal konsisten mengusung pendekatan pembangunan humanis di tubuh TNI AL.

Kolaborasi Ilmu, Teknologi, dan Jiwa Bhakti

Dalam kunjungan itu, Kasal Muhammad Ali tak sendiri. Ia didampingi jajaran pimpinan TNI AL serta pakar bioteknologi Prof. Ali Zum Mashar, yang menjadi mitra strategis dalam mengembangkan bibit unggul dan teknologi pertanian adaptif.

Kolaborasi ini menjadi contoh konkret bahwa sinergi militer, akademisi, dan pemerintah daerah bisa melahirkan inovasi yang berdampak langsung bagi rakyat. “Ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional. Dan itu hanya bisa dicapai jika semua elemen bangsa bersatu,” kata Prof. Ali Zum Mashar.

Di sisi lain, masyarakat pesisir Lampung menyambut hangat keterlibatan TNI AL. Mereka tak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga bagian aktif dari proses produksi. Program ini membuka peluang kerja, memperkuat ekonomi lokal, dan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa Indonesia mampu berdiri di atas hasil bumi sendiri.

Dari Lampung, Harapan Itu Tumbuh

Panen raya yang akan datang bukan sekadar seremoni. Ini adalah momentum — simbol kebangkitan bangsa menuju kemandirian pangan. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan hadir dalam panen perdana nanti, menegaskan komitmen pemerintah terhadap salah satu pilar utama Asta Cita.

Dari Sabang hingga Natuna, semangat ini terus mengalir. Di bawah komando Kasal Muhammad Ali, prajurit laut kini menjadi pionir pembangunan di wilayah pesisir. Di tangan mereka, laut dan darat menyatu dalam satu tujuan: menjamin rakyat Indonesia cukup makan dari tanahnya sendiri.

“Ini bukan akhir,” tegas Kasal sebelum meninggalkan lokasi. “Ini baru awal dari perjalanan panjang menuju kedaulatan pangan yang sesungguhnya.” ungkapnya.***